Sebelum invasi Rusia, Gervase Phillips, seorang dosen sejarah, politik dan filosofi di Universitas Metropolitan Manchester, mengatakan kepada Forces News mengenai peran binatang yang dimiliterisasi.
“Kita tidak memiliki hidung seperti anjing untuk melacak bahan peledak dan tidak memiliki kemampuan menemukan sesuatu di dasar laut sehebat lumba-lumba atau singa laut,” katanya.
Baca Juga: Setelah Minyak, Gas, dan Indomie, Perang Rusia-Ukraina Kini Mengganggu Produksi Bir Chernigivske
“Ada banyak jenis peran militer seperti itu, sayangnya, kita tidak memiliki alternatif yang lebih praktis,” tambahnya.
Angkatan Laut AS memulai program mamalia lautnya pada 1960, tujuannya untuk mengembangkan hidrodinamika torpedo, dan kemampuan mendeteksi objek di bawah air, dengan mempelajari lumba-lumba.
Lumba-lumba bisa dilatih untuk menemukan lokasi ranjau musuh dan objek-objek hilang di dasar laut.
Menurut laporan Universitas Metropolitan Manchester, Uni Soviet dipercaya telah melatih lumba-lumba seperti AS di sebuah fasilitas di Krimea, Laut Hitam.***