Tim Penyelamat Bekerja Keras untuk Menyelamatkan Penyintas Gempa Turki dan Suriah yang Semakin Sulit Ditemukan

- 12 Februari 2023, 14:25 WIB
Tim penyelamat merawat korban selamat berusia 11 tahun Mohammad Alkanaas setelah gempa mematikan di Hatay, Turki 11 Februari 2023.
Tim penyelamat merawat korban selamat berusia 11 tahun Mohammad Alkanaas setelah gempa mematikan di Hatay, Turki 11 Februari 2023. /REUTERS/Kemal Aslan

ZONA PRIANGAN - Tim penyemakat berpacu dengan waktu untuk menyelamatkan sedikit korban yang selamat dari reruntuhan gempa di Turki dan Suriah pada Sabtu, lima hari pasca terjadinya gempa terburuk di kawasan tersebut yang menelan korban jiwa mendekati angka 26 ribu jiwa itu.

Beberapa operasi penyelamatan dihentikan setelah adanya laporan aksi penjarahan.

Presiden Tayyip Erdogan berjanji untuk memulai kembali pembangunan ratusan ribu bangunan yang hancur akibat gempat bumi paling dahsyat di Turki sejak 1939, dalam beberapa minggu ke depan.

Baca Juga: Rusia Mengklaim Desa di Pinggiran Bakhmut dalam Serangan Besar di Wilayah Timur

Sementara di Suriah, daerah yang terdampak lebih parah di wilayah barat laut yang dikuasai oleh pemberontak, akibatnya banyak warga yang kehilangan temopat tinggal untuk kedua kalinya setelah telantar akibat perang saudara yang saat ini tengah berlangsung.

Pemandangan di Kota Antakya, Turki selatan begitu mengerikan, kantong-kantong mayar berserakan di jalan-jalan dan penduduk terpaksa mengenakan masker untuk mengatasi bau kematian ketika mereka bergabung dengan tim penyekamat yang tengah berjuang untuk mencapai beberapa bangunan.

"Ada kekacauan, puing-puing dan mayat di mana-mana," kata salah seorang tim penyelamat yang bekerja semalaman untuk mencoba menghubungi seorang dosen universitas yang memanggil mereka dari bawah puing-puing, dikutip ZonaPriangan.com dari Reuter.

Baca Juga: Ukraina Meminta Pasokan Senjata yang Lebih Cepat Saat Rusia Melancarkan Serangan ke Wilayah Timur

Kemudian, pada pagi harinya sang dosen berhenti memberikan respons kepada tim penyelamat.

Di Kahramanmaras, dekat dengan pusat gempat di Turki, hanya terlihat sedikit upaya penyelamatan di tengah gundukan beton rumah dan blok apartemen yang roboh.

Akan tetapi di salah satu gedung, tim penyelamat terlihat menggali di antara lempengan beton untuk menyelamatkan seorang gadis berusia lima tahun yang masih hidup, mengangkatnya di atas tandu, terbungkus foil sambil meneriakkan "Allahu Akbar".

Baca Juga: Rekaman Serangan Terhadap Paul Pelosi Dirilis oleh Pihak Berwenang

Pada hari Sabtu hanya beberapa korban yang dibawa dalam keadaan hidup.

Dilaporkan dua organisasi penyelamat asal Jerman menangguhkan pekerjaan penyelamatan setelah terjadinya bentrokan antar kelompok orang dan terjadi tembakan. Tim lainnya yang juga melakukan penangguhan yakni tim penyelamat dari Austria.

Terjadi Penjarahan di Lokasi Bencana

Seorang pekerja penyelamat dari provinsi tenggara Sanliurfa bernama Gizem menyaksikan aksi penjarahan di Antakya, tapi dia tidak bisa mengintervensi karena para penjarah bersenjatakan pisau.

Baca Juga: Perang Ukraina: Pertempuran Memanas di Timur dan Utara setelah Serangan Tank

Akhirnya polisi dan tentara diturunkan untuk menjaga ketertiban, juga membantu lalu-lintas penyelamatan dan pembagian makanan.

Pemerintah Turki mengatakan sekitar 80 ribu warganya dirawat di rumah sakit, lebih dari sejuta berada di tempat penampungan sementara.

Di luar Antakya, para pekerja di kuburan massal menurunkan kantong mayat ke dalam parit yang baru digali, di mana seorang penggali mekanis menutupinya dengan tanah. Sekitar 80 kantong mayat menunggu untuk dikuburkan.

Baca Juga: Rusia Diklaim Kehilangan Ribuan Tentara di Ukraina, Lebih Banyak dari Perang Dunia I

Lereng bukit di luar Gaziantep berubah menjadi kuburan baru, beberapa ditandai dengan bunga atau bendera Turki berukuran kecil yang berkibar tertiup angin. Terlihat seorang wanita tengah menangis tersedu-sedu di samping salah satu kuburan ketika seorang anak laki-laki berusaha untuk menghiburnya.

Para penyintas takut akan penyakit, dengan infrastruktur dasar yang hancur.

"Jika orang tidak mati di sini di bawah reruntuhan, mereka akan mati karena cedera, jika tidak mereka akan mati karena infeksi. Tidak ada toilet di sini. Ini masalah besar," kata petugas penyelamat Gizem.***

Editor: Toni Irawan

Sumber: Reuters


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x