Ketika dilepaskan, bomblet ini bisa mencakup area lebih dari ukuran beberapa lapangan sepak bola.
Siapapun yang berada di jangkauan area amunisi klaster ini, militer ataupun sipil, kemungkinan besar akan tewas atau mengalami luka serius.
“Amunisi klaster mendapatkan julukan ‘hujan baja’ karena dampaknya yang hebat dan tersebar luas,” kata Mark Cancian, penasihat senior di Pusat Strategi dan Studi Internasional (CSIS) seperti dikutip MailOnline.
Baca Juga: CIA Melihat Potensi Dampak Pemberontakan di Rusia terhadap Putin
Presiden AS Joe Biden telah menyetujui untuk mengirim bom tandan ini sebagai bagian dari paket bantuan militer terbaru untuk Ukraina senilai $800 juta (Rp 12 triliun).
Hal ini muncul setahun setelah mantan sekretaris pers Gedung Putih mengatakan Rusia menggunakan senjata ini sebagai “kejahatan perang”.
Koalisi Amunisi Klaster, sebuah organisasi yang mengkampanyekan pelarangan penggunaan senjata-senjata brutal, mengatakan ini hal yang mengejutkan dari keputusan AS.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky telah mengakui ‘agak tidak setuju’ terhadap amunisi klaster dan memutuskan untuk membatasi penggunaannya selama perang.
Baca Juga: Meninggalnya Silvio Berlusconi: Perjalanan Kontroversi Seorang Miliarder Politikus Italia
Sebuah bom tandan terdiri dari sebuah kanister logam silinder, biasanya berbobot 454 kg, yang ditembakkan dari darat atau udara.