Menurut Gus Rozin sapaan KH Abdul Ghaffar Rozin, wafatnya para guru di pesantren tersebut menjadi sebuah kehilangan yang sangat besar. Sekaligus juga ancaman serius bagi kalangan pesantren pada umumnya.
Menurut dia, di tengah amukan badai pandemi Covid-19 ini, RMI PBNU melihat negara belum hadir secara optimal.
Setidaknya, hal itu terlihat dari tidak optimalnya kordinasi antardinas atau kementerian terkait penanganan Covid-19 di pesantren, dan terbatasnya informasi dan edukasi tentang Covid-19 bagi pesantren.
Baca Juga: Ibu-ibu Jangan Minta Cerai, Sesungguhnya Suami Bisa Dijadikan Tameng dari Api Neraka
Selain itu, menurut dia, komunikasi publik selama ini juga tidak berpihak kepada pesantren, khususnya jika ada klaster pesantren dan di beberapa daerah, pesantren sulit mengakses tes swab dan PCR.
"Mengingat pesantren adalah asset penting bangsa Indonesia, maka RMI PBNU meminta negara untuk hadir secara lebih serius dengan pola penanganan terpadu," tegasnya.
Gus Rozin berharap, Kementerian Kesehatan dapat menjadi lokomotif dengan menggandeng Kementerian Agama, pemerintah daerah setempat dan ulama atau lembaga keagamaan yang otoritatif.
Baca Juga: Ki Joko Bodo Menderita Penyakit Aneh, Berhenti Tekuni Ilmu Gaib, Takut Kena Azab
Menurut dia, RMI sendiri siap menjadi partner strategis terutama terkait koordinasi dan komunikasi dengan pesantren.*** (Ayas Gifari/CirebonRaya.com)