Kompol Anton juga menjelaskan dalam seminar ini mengundang sejumlah narasumber kompeten. Di antaranya mantan Kepala BNPT periode 2016-2020, Komjen Pol (purn) Suhardi Alius, Pati Densus 88, Irjen Pol Ibnu Suhaendra, perwakilan MUI, M Najih Arromadloni, Praktisi IT, Budi Rahardjo, dan perwakilan FBI, Kevin Wulfhorst.
"Alasan tema ini, di era digitalisasi saat ini sangat rawan sekali paham-paham radikalisme, dan itu dikhawatirkan masuk secara bebas ke anak muda dan anak-anak kita di rumah. Apalagi peran gadget sekarang ini seperti tak tergantikan," katanya.
Untuk itu, lanjut Anton, semoga dengan forum ini kedepannya anak anak, keluarga, dan diri sendiri bisa terhindar radikalisme terkait dengan terorisme.
Dalam seminar tersebut, lanjut Anton, sejumlah narasumber kompeten juga membagikan pengetahuan, pendapat, dan wawasan mereka kepada peserta seminar tentang bahayanya paham radikalisme dan intoleransi di era Revolusi Industri 4.0.
"Hal ini bertujuan untuk memberikan informasi mengenai cara pencegahan dan penanganan paham radikalisme kepada para peserta seminar agar lebih waspada dan bijak dalam menangkal paham radikalisme di era revolusi industri 4.0," ungkapnya.
Seperti yang dipaparkan Pati Densus 88, Irjen Pol Ibnu Suhaendra, mengenai "penanggulangan terorisme, peran dunia pendidikan dalam memutus mata rantai radikalisme dan terorisme".
Selain itu perwakilan MUI, M Najih Arromadloni juga membagikan pengetahuan mengenai cara mencegah radikalisme di lingkungan anak muda.
Selain itu praktisi IT dari ITB, Budi Rahardjo juga membagikan ilmunya mengenai peningkatan kemampuan deteksi dini dan tanggap insiden dalam rangka mencegah paham radikalisme dan intoleransi di era revolusi industri 4.0.
Dalam kesempatan itu juga perwakilan FBI, Kevin Wulfhorst menyampaikan pemaparan dan memberikan materi serta contoh-contoh dilapangan mengenani social media management dan intelligence analysis on terrorism.