Bangunan pondok tersebut nampaknya terlalu penuh untuk dihuni dengan sekian banyak anak-anak.
Bangunan tersebut menurut Aang Rustandi haya dibangun oleh pemilik pondok pesantren, belum ada bantuan dari pihak lain.
Baca Juga: 56 Desa di Kabupaten Bandung Kini Bertatus Mandiri
“Bangunan memang sederhana dan kecil. Itu dibangun sendiri tanpa meminta bantuan dari pihak lain. Pak ustad keberatan jika harus mengajukan proposal kepada pihak lain, kecuali ada yang nyumbang secara langsung,” kata Aang.
Orangtua santri pun tidak ada yang dipungut iuran terlebih untuk bangunan pondok.
Iuran untuk belajar saja hanya Rp 10.000 per bulan sekadar untuk operasional sepert listrik, spidol, buku bahan ajar bagi santri.
Baca Juga: Bupati Pangandaran Naik Sepeda, Serap Aspirasi Masyarakat
Semua guru yang mengajar pagi dan siang, tidak ada seorangpun yang digaji sepeserpun semua sukarela.
“Tidak ada guru yang mendapat honor dari santri semua sukarela. Tidak ada upah apapun,” kata Ahmad Hendrayana.
Namun demikian para guru ngaji yang mengajar siang malam tetap hidup layak seperti halnya masyarakat lainnya. Dan bahkan mungkin mereka mendapat kebahagiaan yang lebih dari orang lain.***