ZONA PRIANGAN - Hingga saat ini bahasa Cirebon belum memiliki tradisi sastra berupa buku.
Padahal arti sebuah bahasa ada pada satra, dan sastra untuk saat ini harus berupa buku bukan lagi sastra lisan.
Kondisi tersebut bukan berarti sastra lisan tidak menjadi penting.
Baca Juga: Salju Mengeras Jadi Es, Warga Spanyol Panik, Sudah Lima Orang Tewas Kedinginan
dalam kondisi sekarang sastra lisan hanya tinggal ceritera, seperti halnya pantun.
Hal tersebut disampaikan Ajip Rosidi (alm) ketika ulang tahunnya yang ke-82 di Jatiwangi awal tahun lalu.
Dalam naskah tertulisnya, menurut Ajip, berdasarkan tradisi sebetulnya sastra Cirebon sangat lah kaya.
Baca Juga: 5 Azab Menanti Orang yang Tidak Mau Bayar Utang, Nomor 4 Sangat Mengerikan
Pada abat ke-17 ada sekitar 300 judul naskah yang digunakan menjadi referensi oleh Pangeran Wangsakerta ketika menyusun naskahnya.
"Memang naskah-naskah tersebut bukan dalam bahasa Cirebon. Namun dengan adanya naskah yang demikian banyak menunjukan bukti bahwa pada masa itu banyak warga Cirebon yang menyukai membaca,” demikian Ajip.
Naskah yang disusun Pangeran Wangsakerta sebanyak 150 jilid, tutur Ajip, membuktikan metoda penyusunan sesuai dengan metoda yang dipergunakan oleh para ahli sejarah Internasional modern.
Baca Juga: Ada 10 Dosa yang Bisa Menghambat Rezeki, Nomor 7 Sering Dilakukan Ibu-ibu
Menurut Ajip, pada masa dia kecil di Desa Ciborelang, ada sebuah blok yang kesehariannya baik bergaul maupun di lingkungan keluarga ketika berkomunikasi menggunakan bahasa Jawa Cirebon.
“Malah saya pribadi pada masa itu berkomunikasi dengan keluarga ataupun teman menggunakan bahasa Cirebon," ungkapnya.
Ada dua bahasa yang dipergunakan masyarakat Jatiwangi masa itu yakni bahasa Cirebon dan Bahasa Sunda.
Baca Juga: Saat Ziarah Kubur, Jangan Sampai Duduk di Atas Makam, Ini Akibat yang Bakal Ditanggung
Ajip yang mengaku setelah menikah dengan Nani Wijaya sering berkomunikasi menggunakan bahasa Cirebon.
Namun sepengetahuannya belum ada yang menelusuri apa sebabnya masyarakat Jatiwangi menggunakan dua bahasa Cirebon dialek Jawa dan Sunda.
“Seingat saya ketika tinggal di Jatiwangi, penggunaan bahasa dalam pekerjaan pun ikut menentukan," tambahnya.
Baca Juga: Dua Desa di Kaki Gunung Ciremai Sempat Mencekam, Tiap Pagi Warga Temukan Ceceran Darah
Penggunaan bahasa Jawa dalam kehidupan itu juga diantaranya mereka yang lingkungan kerjanya pada urusan jual beli.” kata Ajip pada naskah tertulisnya.
Malah mereka yang melakukan transaksi jual beli tersebut kebanyakan adalah orang China atau Tionghoa.
Maka merekapun selain menggunakan bahasa saat berjualan di rumahnya pun mereka berkomunikasi dengan keluarga menggunakan bahasa Jawa Cirebon.
Baca Juga: Hindari Kawasan Angker jika Tidak Mau Tersesat di Gunung Ciremai
Sementara itu di sejumlah wilayah di Majalengka kini banyak yang masyarakatnya menggunakan bahasa Cirebon.
Seperti halnya wilayah Kecamatan Ligung, Sumberjaya, sebagian Leuwimunding dan Jatiwangi.***