Petani Mengalami Kerugian, Tembakau Majalengka Sulit Masuk Pabrik, Ternyata Ini Penyebabnya

- 18 Januari 2022, 20:04 WIB
Petani Majalengka membutuhkan waktu yang lama dalam penjemuran tembakau, karena curah hujan masih tinggi.*
Petani Majalengka membutuhkan waktu yang lama dalam penjemuran tembakau, karena curah hujan masih tinggi.* /zona priangan.com /Rachmat Iskandar ZP

ZONA PRIANGAN - Petani tembakau di Majalengka alami kerugian akibat curah hujan yang tinggi hingga menyebabkan rendemen rendah.

Akibatnya kualitas tembakau pun menurun di kualitas 2 dan 3 dengan harga jual cuma Rp30 ribu hingga Rp35 ribu per kilogram.

Menurut keterangan Ketua Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI) Kabupaten Majalengka, Jojo Sutarjo, tahun ini sedikit saja petani yang memiliki tembakau kelas 1.

Baca Juga: Kabar Buruk bagi Perokok, Philip Morris Akan Hentikan Produksi Marlboro

"Sebagian besar petani hasil panen tembakaunya berada di kualitas 3. Jadi harga jualnya rendah," ungkap Jojo.

Jojo menuturkan, saat ini tembakau dengan kualitas satu harga jualnya mencapai Rp60 ribu per kilogram.

Disampaikan Jojo, rendahnya rendemen tembakau ini akibat cuaca yang buruk, warna pun yang biasanya kekuning-kuningan kini menjadi hitam.

Baca Juga: Di Kota Oxfordshire, Tembakau Lebih Mematikan Ketimbang Covid-19, Tahun 2025 Bertekad Jadi Kota Bebas Rokok

Dari luas 1 hektare pada tahun 2020 lalu dengan cuaca panas produksi tembakau bisa diperoleh sebanyak 1,2 ton sedangkan saat ini paling 8 kuintal kering.

“Kalau produksi panen basah tahun lalu dan sekarang hampir sama sebanyak 7 tonan, tapi ketika kering menyusut tajam karena rendemennya rendah, terlalu banyak air,” kata Jojo.

Kerugian yang diderita petani, menurutnya, selain rendemen yang rendah, proses penjemuran pun cukup lama hingga menyita waktu petani.

Baca Juga: Vape, Rokok Elektrik yang Berbahaya, Hasil Penelitian Menyimpulkan Pengguna Mudah Terserang Asma

Sekarang karena curah hujan tinggi waktu menjemur mencapai hampir dua bulanan, biasanya waktu menjemur hanya membutuhkan waktu 20 hari saja.

Meski kualitas tembakau turun, namun pasar tembakau asal Kecamatan Bantarujeg dan Lemahsugih ini tetap tinggi.

Pengepul tembakau setiap hari terus berdatangan menemui para petani untuk membeli tembakau hasil olahannya.

Baca Juga: Unik, Jumlah Kawanan Kera di Taman Kalijaga Tidak Pernah Berubah

Sementara pasar tembakau untuk dari Kabupaten Majalengka sendiri masih tetap ke wilayah Cianjur, Sumedang, Bandung, Garut dan Tasikmalaya.

Tembakau Majalengka selama ini tidak pernah bisa masuk ke pabrik rokok, hal ini karena tembakau Majalengka harganya jauh lebih mahal dibanding tembakau asal Lombok ataupun Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Menyinggung soal naiknya cukai tembakau, menurut Jojo, bagi petani Majalengka tidak berpengaruh, karena tembakaunya tidak masuk ke pabrik melainkan pada tembakau iris olahan.***

Editor: Parama Ghaly


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x