ZONA PRIANGAN - Wajib militer Rusia yang baru saja dikirim ke garis depan secara sadis membunuh komandan pasukan Vladimir Putin.
Itu dilakukana wajib militer saat ingin menyerahkan diri ke militer Ukraina namun dicegah oleh komandan mereka.
Alih-alih menuruti perintah, para wajib militer berkomplot untuk menghabisi komandan mereka kemudian menyerah kepada pejuang Kiev.
Baca Juga: Rudal Stinger Amerika Serikat Tembak Jatuh Jet Tempur SU-30 Vladimir Putin di Wilayah Kharkiv
Militer Ukraina meluncurkan hotline yang disebut "Saya ingin hidup". Program itu direspons positif oleh wajib militer Rusia.
Sejumlah wajib militer Rusia menghubungi militer Ukraina dan meminta jaminan keselamatan hidup dan perlakuan manusiawi jika mereka menyerah.
Sekarang sekelompok tentara Kremlin tampaknya telah menanggapi tawaran itu dalam upaya untuk menghindari pembantaian di garis depan.
Wajib militer Moskow itu diarahkan ke hotspot dalam beberapa hari setelah dipanggil tanpa pelatihan yang memadai atau peralatan yang layak.
Rusia hampir tidak memiliki amunisi dan beberapa bahkan harus berbagi satu senapan serbu di antara keduanya.
Mereka diberitahu dalam keadaan yang tidak pasti oleh komandan mereka bahwa mereka akan ditembak jika mereka berusaha mundur.
Menyadari keputusasaan situasi mereka, para prajurit diam-diam menghubungi tentara Ukraina melalui hotline dan setuju untuk menyerah.
Ketika tiba saatnya untuk meletakkan senjata mereka, mereka menembak komandan mereka dan menyerahkan diri.
Pasukan khusus Ukraina mengatakan kepada Channel 24: "Sekelompok pria yang dimobilisasi, dengan pengaturan sebelumnya, pergi ke alun-alun yang ditunjukkan oleh para pejuang kami."
"Mereka tidak punya amunisi, jadi mereka hanya memberi kami senjata mereka," paparnya.
“Mereka menerima bantuan medis, karena semua orang sakit. Mereka menerima makanan dan merasa puas," ungkapnya.
"Mereka akan pergi ke kamp setelah interogasi. Mereka akan aman," tuturnya yang dikutip Express.***