Sebanyak 694 Marinir Ukraina dan Batalyon Azov Meletakkan Senjata, Menyerah Kepada Pasukan Rusia

- 18 Mei 2022, 21:06 WIB
Terduga anggota Brigade Marinir ke-36 Ukraina, termasuk perwira, telah ditangkap oleh Pasukan Rusia.*
Terduga anggota Brigade Marinir ke-36 Ukraina, termasuk perwira, telah ditangkap oleh Pasukan Rusia.* /Sky News/

ZONA PRIANGAN - Marinir Ukraina dan pejuang Batalyon Azov akhirnya menyerah dalam 24 terakhir dari pabrik baja Azovstal, Mariupol.

Kementerian Pertahanan (Kemenhan) Rusia mengungkapkan, ada 694 pejuang Ukraina yang kini ditawan setelah ke luar dari bunker.

Sebelumnya, 345 pejuang Ukraina sudah menyerahkan diri. Itu artinya sudah ada 959 tentara Ukraina yang ditawan pasukan Moskow.

Baca Juga: Sadis, Tentara Rusia Potong Jari Pejuang Ukraina Hanya untuk Mendapatkan Kaos Kaki yang Bagus

Hingga hari ini, pasukan Vladimir Putin masih gencar melakukan serangan terhadap pabrik baja Azovstal yang menjadi benteng terakhir pejuang Ukraina.

Serangan prajurit Kremlin menggunakan bom fosfor yang mematikan. Selama serangan Rusia, suah banyak tentara Ukraina yang mengalami cedera, kehilangan tangan dan kaki.

Pertempuran di Mariupol tercatat sebagai pertempuran terpanjang dan paling berdarah di Eropa selama beberapa dekade, tulis The Sun.

Baca Juga: Ini Alasan Vladimir Putin Membenci Volodymyr Zelensky, Ada Bukti Foto Mengerikan di Kota Kislovodsk

Walau sudah kehabisan pasokan makanan dan amunisi, para pejuang dari Batalyon Azov pantang menyerah dan terus melawan.

Namun, sebagian dari mereka mulai putus asa dan akhirnya meletakkan senjata menjadi tawanan perang kubu Rusia.

Kementerian Pertahanan Ukraina, sejauh ini mengkonfirmasi hanya sekitar 250 yang meninggalkan pabrik, tidak segera menanggapi permintaan komentar tertulis.

Baca Juga: Vladimir Putin Masuk Meja Operasi, Mengalami Halusinasi Saat Pasukan Kremlin Menanggung Kerugian

Sementara itu, Kremlin mengatakan pada hari Rabu bahwa pihaknya tidak memiliki informasi tentang seorang tentara Rusia yang dituduh membunuh seorang warga sipil tak bersenjata di Ukraina.

Itu merupakan pengadilan kejahatan perang pertama sejak Moskow mengirim pasukan ke tetangganya yang pro-Barat.

"Kami masih belum memiliki informasi. Dan kemampuan untuk memberikan bantuan karena kurangnya misi diplomatik kami di sana juga sangat terbatas," kata juru bicara Kremlin Dmitry Peskov kepada wartawan.***

Editor: Parama Ghaly

Sumber: The Sun


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x