AS Mengirim Bom Tandan ke Ukraina yang Bisa Mematikan bagi Sipil Beberapa Tahun Kemudian

- 15 Juli 2023, 08:36 WIB
 Cara kerja bom tandan (cluster).*/Mail Online/
Cara kerja bom tandan (cluster).*/Mail Online/ /

ZONA PRIANGAN – Amerika Serikat telah memantik kekhawatiran kemanusiaan dengan menyetujui pengiriman bom-bom tandan (cluster) ke Ukraina untuk membantu upaya perang melawan Rusia.

Bom tandan atau amunisi klaster terdiri dari berbagai bomblet (bom kecil) yang berdampak pada kawasan yang lebih luas dibanding bom tunggal dengan ledakan yang terkonsentrasi.

Bom ini terlihat begitu efektif melawan target-target di kawasan luas seperti infantri, artileri dan konvoi truk.

Baca Juga: Erdogan Ajukan Syarat Mengejutkan: Turki Bergabung dengan Uni Eropa sebelum Setujui Swedia di NATO

Tetapi senjata ini akan meninggalkan jejak ledakan yang bisa mematikan untuk para sipil yang tidak menaruh curiga bahkan setelah beberapa tahun kemudian.

Lebih dari 120 negara telah menandatangani sebuah fakta pelarangan penggunaan jenis senjata tersebut, tetapi Ukraina dan Rusia menggunakannya dalam perang mereka.

Bom tandan merupakan jenis senjata militer mematikan yang mengandung banyak sub-amunisi yang lebih kecil, yang disebut sebagai 'bomblet'.

Baca Juga: Misteri Keberadaan Prigozhin: Pemberontakan Wagner dan Dampaknya pada Otoritas Putin

Bom ini dijatuhkan dari sebuah pesawat terbang atau ditembakkan dari darat atau udara, yang akan membuka saat di angkasa untuk melepaskan puluhan atau ratusan bomblet.

Ketika dilepaskan, bomblet ini bisa mencakup area lebih dari ukuran beberapa lapangan sepak bola.

Siapapun yang berada di jangkauan area amunisi klaster ini, militer ataupun sipil, kemungkinan besar akan tewas atau mengalami luka serius.

“Amunisi klaster mendapatkan julukan ‘hujan baja’ karena dampaknya yang hebat dan tersebar luas,” kata Mark Cancian, penasihat senior di Pusat Strategi dan Studi Internasional (CSIS) seperti dikutip MailOnline.

Baca Juga: CIA Melihat Potensi Dampak Pemberontakan di Rusia terhadap Putin

Presiden AS Joe Biden telah menyetujui untuk mengirim bom tandan ini sebagai bagian dari paket bantuan militer terbaru untuk Ukraina senilai $800 juta (Rp 12 triliun).

Hal ini muncul setahun setelah mantan sekretaris pers Gedung Putih mengatakan Rusia menggunakan senjata ini sebagai “kejahatan perang”.

Koalisi Amunisi Klaster, sebuah organisasi yang mengkampanyekan pelarangan penggunaan senjata-senjata brutal, mengatakan ini hal yang mengejutkan dari keputusan AS.

Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky telah mengakui ‘agak tidak setuju’ terhadap amunisi klaster dan memutuskan untuk membatasi penggunaannya selama perang.

Baca Juga: Meninggalnya Silvio Berlusconi: Perjalanan Kontroversi Seorang Miliarder Politikus Italia

Sebuah bom tandan terdiri dari sebuah kanister logam silinder, biasanya berbobot 454 kg, yang ditembakkan dari darat atau udara.

Ketika melintasi udara, kanisternya mulai berputar sebelum melepaskan isinya, biasanya sekitar 200 bomblet, yang masing-masing berukuran delapan inchi.

Bomblet-bomblet ini jatuh ke darat, kadang dengan bantuan parasut, di mana akan meledak saat terjadi tumbukan dengan tanah.

Sayangnya, perbandingan yang signifikan dari bomblet ini gagal meledak saat mendarat, dan bisa berbahaya di kemudian hari.

Baca Juga: Drama Diplomasi: Rusia Protes Pembebasan Komandan Ukraina oleh Presiden Zelenskiy

Sebagian kecil bomblet tidak meledak saat mendarat, biasanya ketika kontak dengan tanah yang lembut atau basah.

Bomblet yang tidak meledak ini tertinggal di tanah dan berpotensi meledak selama bertahun-tahun, seperti halnya ranjau dan berisiko fatal atau melukai bahkan setelah konflik berakhir.

Bomblet yang tidak meledak bisa disalahtafsirkan sebagai objek lain seperti batu atau mainan, sehingga anak-anak berisiko terbunuh atau cacat saat menyentuhnya.***

Editor: Yudhi Prasetiyo


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah