Adapun, alasan Bio Farma memilih Sinovac sebagai partner kolaborasi, ungkap Erick, adalah karena vaksin Covid-19 yang dikembangkan oleh Sinovac, menggunakan platform inactivated (virus yang diinaktivasi) yang mana metode ini sudah dikuasai oleh Bio Farma sejak lama.
"Faktor lainnya adalah karena sampai dengan saat ini mereka memiliki kemampuan pengembangan vaksin Covid-19 tercepat, mempunyai pengalaman sebagai perusahaan pertama di dunia yang menyelesaikan fase 1 untuk vaksin SARS, dan memiliki produk vaksin H1N1 (Swine Flu) pertama yang disetujui oleh dunia," paparnya.
Baca Juga: Wow! Canon Luncurkan EOS 850D, Usung Kamera DSLR Entry-Level dengan Fitur Semi-Pro
Disamping dengan Sinovac, lanjut Erick, Bio Farma juga berkolaborasi bersama konsorsium nasional yang dipimpin oleh lembaga Biomolekuler Eijkman.
"Nantinya konsorsium nasional ini yang akan memproduksi Vaksin Merah-putih pada tahun 2022 mendatang," ungkapnya.
Dalam kunjungan ini, Erick Thohir melihat fasilitas produksi yang nantinya, akan digunakan untuk memproduksi vaksin Covid-19, yang terletak di lingkungan produksi Bio Farma yang berada di dua gedung yang berbeda.
Baca Juga: Anak Yatim Terdampak Covid-19, Polwan Polda Jabar Turun Tangan
Erick Thohir mengatakan bahwa masyarakat tidak perlu ragu, apabila nantinya vaksin Covid-19 ini lulus uji klinis fase 3 dan diproduksi, mengingat Bio Farma sudah berpengalaman dalam memproduksi vaksin sejak tahun 1890, dan sudah ada 15 produk vaksinnya yang lulus Pre-Kualifikasi Badan Kesehatan Dunia (WHO) sehingga ada 150 negara yang telah menggunakan produknya.
"Bahkan negara-negara di Timur Tengah
banyak yang sudah menggunakan dan belajar dari Bio Farma untuk membuat vaksin, namun tetap masyarakat harus memperhatikan protokol kesehatan Covid-19, seperti menggunakan masker dan menjaga jarak," katanya.
Sementara Direktur Utama Bio Farma, Honesti Basyir menambahkan, bahwa kapasitas produksi maksimal yang akan digunakan untuk memproduksi vaksin Covid-19 adalah sebesar 250 juta dosis per tahun.