Budayawan Majalengka Marah Terhadap Pernyataan Arteria Dahlan Terkait Penggunaan Bahasa Sunda

19 Januari 2022, 19:06 WIB
Arteria Dahlan saat singgung penggunaan Bahasa Sunda oleh seorang Kajati.* /Tangkap layar YouTube DPR RI/

ZONA PRIANGAN - Sejumlah budayawan asal Majalengka menyesalkan ungkapan anggota DPR RI dari Komisi III Arteria Dahlan terkait penggunaan bahasa Sunda.

Bahkan Arteria Dahlan sempat mengusulkan Kajati Jawa Barat dicopot hanya karena menggunakan bahasa Sunda saat rapat.

Para budayawan Sunda menganggap sikap Arteria tersebut dianggap menyinggung perasaan orang Sunda.

Baca Juga: Ratu Inggris Berduka Kehilangan 26 Angsa, Hewan Cantik Itu Harus Dibunuh Karena Terpapar Virus Flu Burung

Disampaikan Rachmat Iskandar, untuk mengatasi kejadian atau kealpaan seorang ASN itu dilakukan lewat metoda pembinaan berjenjang dan bertahap.

Dilakukan melalui metoda pembinaan, peringatan dan baru sanksi manakala dua hal sebelumnya tidak diindahkan, terkecuali ada perbuatan tercela seperti korupsi.

Di ASN berlaku sanksi tertinggi apabila diputuskan oleh Pengadilan dengan putusan diberhentikan atau oleh majelis kode etik pada lembaga yang bersangkutan.

Baca Juga: Seorang Wanita Seperti Kerasukan Menjatuhkan Semua Botol Minuman Keras di Supermaket Aldi, Tangannya Berdarah

Kedua soal bahasa, harus dimaklumi bahwa bahasa itu adalah alat komunikasi antar manusia dalam membangun hubungan sosial.

Jadi bagaimana manusia berkomunikasi dengan manusia lainnya ada pranata atau pengaturan baik yang bersifat formal maupun tidak formal.

"Jadi penggunaan bahasa itu dipengarughi oleh prakondsi. Kenapa, kalau jaksa tidak boleh sementara presiden boleh menggunakan bahasa daerah,” ungkap Rachmat Iskandar yang akrab disapa Rais.

Baca Juga: Buaya Pura-pura Mati, Ketika Ditelan Piton Ternyata Menyerang dari dalam Membuat Ular Itu Perutnya Pecah

Dia mencontohkan Presiden Suharto dengan bahasa jawanya selalu berjata “mundung duwur mendem jero” “lengser kapabron mandeg pandito”.

Juga bahasa daerah sempat disampaikan Try Sutrisno saat menjadi Wakil Presiden yang mengatakan “Orang Indonesia menang tanpa ngasorake”.

Contoh lainnya dikatakan Aang Kunaefi yang menyebutkan “silih asah silih asih silih asuh” dan “batur sakasur” malah apa yang disampaikannya dipakai menjadi filsafat, bahkan dimasukan dalam renstra.

Baca Juga: Saat Berselingkuh dengan Abi Clarke, Zayn Malik Mengaku Teringat Mantan Pacar Perrie Edwards, Bukan Gigi Hadid

Demikian juga Solihin GP dengan Rakgantang (Gerakan Gandrung Tatangkalan) itu masuk pada Rentstra saat itu.

“Jadi kenapa jaksa tidak boleh, kalau Presiden boleh dan Presiden toh tidak dihukum,” ungkap Rais.

Jadi menurutnya, Arteria sangat tendensius yang mengatakan bicara di forum tidak boleh pakai bahasa daerah dan jadi kesalahan besar.

Baca Juga: Wasit Merasa Heran, Petarung Cantik Ini Dinyatakan Kalah Angka Padahal Lawannya Dikirim ke Rumah Sakit

"Ateria kelihatan tendensius, dia ingin mengadudombakan orang Sunda atau ingin memancing kemarahan orang Sunda," ucap Rais.***

Editor: Parama Ghaly

Tags

Terkini

Terpopuler