Tercatat produksi melinjo di Tenjolahang sebanyak 25 hingga 30 ton setiap bulannya. Selama ini jenis produk yang dipasarkan dalam bentuk emping mentah. Padahal bahan baku emping ini memiliki potensi dikembangkan dalam aneka olahan makanan.
Melalui kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat (PkM) "Aneka Olahan Emping Higienis dan Pemasaran melalui Boks Motor Keliling" ini merupakan upaya dalam peningkatan potensi aneka olahan melinjo di Desa Tenjolahang, Kecamatan Jiput, Kabupaten Pandeglang.
Baca Juga: PBA Resmikan Lembaga Kajian, Gelar Bedah Buku Waspadai Fintech Berkedok Koperasi Simpan Pinjam
Hibah Kegiatan PkM yang didanai Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Riset dan Teknologi ini dilaksanakan oleh Universitas Trisakti yang diketuai Pakar Pengembangan UMKM Dr. Ida Busnetty, dengan anggota pakar desain Prof. Dr. Wegig Murwonugroho dan pakar perlindungan lingkungan Dr. Rositayanti.
Pakar Pengembangan UMKM Dr. Ida Busnetty, mengatakan, permasalahan pertama terlihat bahwa proses produksi emping yang saat ini dilakukan tidak higienis dikarenakan masih menggunakan teknologi sederhana.
"Pengrajin menggunakan pasir untuk menyangrai melinjo, dan kemungkinan besar pasir yang digunakan tidak bersih," ujarnya.
Ida pun menjelaskan, proses penjemuran juga dilakukan di pinggir jalan yang berisiko terpapar debu dan dapat dijangkau oleh binatang.
"Permasalahan kedua, diketahui bahwa pengrajin belum mengetahui adanya inovasi produk olahan berbahan baku emping," paparnya.