Jadi bagaimana manusia berkomunikasi dengan manusia lainnya ada pranata atau pengaturan baik yang bersifat formal maupun tidak formal.
"Jadi penggunaan bahasa itu dipengarughi oleh prakondsi. Kenapa, kalau jaksa tidak boleh sementara presiden boleh menggunakan bahasa daerah,” ungkap Rachmat Iskandar yang akrab disapa Rais.
Dia mencontohkan Presiden Suharto dengan bahasa jawanya selalu berjata “mundung duwur mendem jero” “lengser kapabron mandeg pandito”.
Juga bahasa daerah sempat disampaikan Try Sutrisno saat menjadi Wakil Presiden yang mengatakan “Orang Indonesia menang tanpa ngasorake”.
Contoh lainnya dikatakan Aang Kunaefi yang menyebutkan “silih asah silih asih silih asuh” dan “batur sakasur” malah apa yang disampaikannya dipakai menjadi filsafat, bahkan dimasukan dalam renstra.
Demikian juga Solihin GP dengan Rakgantang (Gerakan Gandrung Tatangkalan) itu masuk pada Rentstra saat itu.
“Jadi kenapa jaksa tidak boleh, kalau Presiden boleh dan Presiden toh tidak dihukum,” ungkap Rais.
Jadi menurutnya, Arteria sangat tendensius yang mengatakan bicara di forum tidak boleh pakai bahasa daerah dan jadi kesalahan besar.