Hasil Studi: Risiko Tinggi Komplikasi Covid-19 yang Parah pada Anak-Anak dengan Imunodefisiensi

- 19 September 2022, 17:09 WIB
Warga mengenakan masker untuk mencegah penyebaran penyakit coronavirus (COVID-19), mengantre untuk menerima bantuan dari pemerintah di Jakarta, Indonesia, 16 Juli 2021.
Warga mengenakan masker untuk mencegah penyebaran penyakit coronavirus (COVID-19), mengantre untuk menerima bantuan dari pemerintah di Jakarta, Indonesia, 16 Juli 2021. /REUTERS/Willy Kurniawan/File Photo

Infeksi mempengaruhi pasien yang memiliki penyakit imunodefisiensi primer, yaitu penyakit herediter dan bawaan dari sistem kekebalan, masih kontroversial.

Bahkan di antara pasien ini, beberapa menderita COVID-19 parah, sementara yang lainnya mengalami gejala ringan atau bahkan tanpa mengalami gejala.

Baca Juga: Berikut Ini 7 Makanan yang Dapat Membantu Membangun Kekuatan Tulang Anda

Untuk menyelidiki ini lebih detail lagi, dan mencoba menemukan penjelasan genetik untuk bentuk COVID-19 yang parah, para peneliti dari Karolinska Institutet telah mempelajari pasien muda dengan penyakit imunodefisiensi primer.

"Hasil kami mengklarifikasi mekanisme molekuler penyakit kekebalan ini, yang membuka kemungkinan pengembangan terapi yang lebih bertarget," kata Qiang Pan-Hammarstrom.

"Pengetahuan yang diperoleh dari penelitian ini juga memungkinkan kami untuk mengembangkan strategi yang lebih baik untuk pengobatan dan pencegahan penyakit COVID-19 yang parah di negara-negara ini," tambahnya.

Baca Juga: Lemah, Letih, Lesu dan Mengantuk Berkepanjangan? Ini yang Anda Butuhkan

Penelitian ini melibatkan 31 anak berusia lima bulan hingga 19 tahun. Semua anak memiliki beberapa jenis penyakit defisiensi imun primer tanpa diagnosis molekuler dan menderita COVID-19 yang parah atau kritis.

Peserta direkrut dari Agustus hingga September 2020 di Iran. Selain itu, tidak ada anak-anak yang divaksinasi COVID-19.

Sebelas dari anak-anak, lebih dari sepertiga, meninggal karena komplikasi dari infeksi. Lima anak, 16 persen, memenuhi kriteria sindrom multi-inflamasi, MIS-C. Beberapa anak tidak memiliki antibodi terhadap virus corona.

Halaman:

Editor: Toni Irawan

Sumber: Asian News International (ANI)


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x