Potret Menyedihkan di Jabar, Sarjana PAI dan Mantan Guru Ini Tinggal di Gubuk Bekas Penyimpanan Bata

6 Januari 2022, 21:37 WIB
Fuadin seorang mantan guru tinggal di gubuk tidak layak huni bekas penyimpanan bata.* /zonapriangan.com /Rachmat Iskandar ZP

ZONA PRIANGAN - M Fuadin (43) dan istrinya Wiwin (39), warga Desa Ligung, Kecamatan Ligung, Majalengka sudah tiga tahun tinggal di gubuk plastik.

Tepatnya di RT 02 RW 01 Blok Loji, suami istri bersama dua anaknya menempati bekas penyimpanan batu bata.

Fuadin merupakan buruh pembuatan batu bata. Keluarga itu menyendiri, terpisah dari permukiman penduduk.

Baca Juga: Ular Kucing Hijau yang Ditemukan Nyaris Tidak Bergerak Akhirnya Bertelur, Warga Sreemangal Upazila Gembira

Gubuk keluaga itu berada di antara kebun bambu dan lio bata tempat mereka bekerja membuat bata merah milik Jaja Subahja.

Gubuk tak layak huni itu berukuran 6 m x 4 m terbuat dari bambu. Atap gubuk berasal dari terpal yang di jepit bambu.

Sedangkan dindingnya terbuat dari plastik bekas penutup bata yang sebagian sudah robek-robek.

Baca Juga: Wanita Ini Tetap Cantik, Terlihat Awet Muda 20 Tahun dari Usia yang Sebenarnya

Di bagian tempat tidur dinding terbuat dari kain dan sedikit terpal yang juga mulai robek. Kala hujan deras air masuk dari samping dan sebagian dari atap.

Tempat tidur yang terbuat dari bambu serta di atasnya terdapat kasur yang tampak telah lusuh.

Tempat itu tidak cukup untuk tidur berempat, hanya katanya dipaksakan hingga berhimpitan.

Baca Juga: Parah, Hakim Cantik Ini Terekam Berciuman dan Membela Pembunuh Polisi agar Dikurangi Hukumannya

Di bagian dinding tempat tidur terdapat kalender Tahun 2021 sekaligus untuk menutupi lubang yang dikaitkan ke tiang bambu.

Di dinding tersebut juga terdapat tas sekolah lusuh milik kedua anak laki-lakinya yang kini duduk di bangku kelas III dan V SD Ligung.

Dapurnya ada di bagian sisi nyaris menyatu dengan tempat tidur, katanya menghindari angin dan hujan.

Baca Juga: Saat Kolam Dikuras, Ikan Dewa di Cibulan Menghilang, Misteri Itu Belum Terpecahkan

Tidak ada barang berharga apapun di sana, baik televisi atau tempat duduk.

Di depan kamar ada sebuah sepeda motor tua milik majikan Fuadin, namun juga tidak bisa dipergunakan karena rusak.

Fuadin dan istrinya Wiwin mengaku baru sekitar tiga tahunan menetap di gubuk setelah mereka tak mampu membayar rumah kontrakan.

Baca Juga: Legenda Rakyat, Air Terjun Mursala Berasal dari Tangisan Seorang Putri

Awalnya mereka pindah-pindah kontrakan namun terakhir tidak bisa membayar, hingga dia diberi tempat oleh Jaja di gubuk bekas penyimpanan bata.

“Yang penting sekarang ada untuk berteduh, bagi istri dan anak-anak,” ungkap Jaja yang mengaku penghasilan dari membuat bata merah nyaris tak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup bersama keluarganya.

Terlebih kini dia memiliki dua anak yang sudah duduk di bangku Sekolah Dasar yang butuh baju seragam, sepatu dan jajan di sekolah seperti halnya anak lain.

Baca Juga: Hindari Kawasan Angker jika Tidak Mau Tersesat di Gunung Ciremai

Keluarga itu luput dari bantuan sosial, tidak mendapatkan PKH, BPNT ataupun bantuan lainnya demikian juga jaminan kesehatan.

Keduanya juga belum memiliki KTP Elektronik yang ada hanya KTP sementara atau keterangan domisili.

M Fuadin aslinya berasal dari Nusa Tenggara Timur, yang pada Tahun 2007 datang ke Desa Maja, Kecamatan Maja dikirim lewat program mesantren.

Baca Juga: Curug Putri Sering Disebut Lokasi Turunnya Dewi Kahyangan

Di Maja dia sekolah di MTs kemudian menamatkan sekolah di Madrasah Aliyah, setelah itu bersama sejumlah temannya dia kuliah di STAI PUI Majalengka hingga tamat sarjana jurusan PAI.

Lulus sarjana dia kemudian mengajar sebagai tenaga honorer di MTs Ligung selama beberapa tahun.

Namun setelah menikah dengan perempuan asal Kadipaten honor yang diperolehnya tidak mencukupi untuk kebutuhan hidup dan dia pun terpaksa harus mengontrak kamar bersama istrinya.

Baca Juga: Cerita Munjul Bangke dan Misteri Cikurubuk Sekitar Waduk Darma Kuningan

Karena tak kunjung diangkat sebagai PNS atau guru tetap, dia memutuskan keluar sebagai guru.

Fuadin akhirnya bekerja serabutan agar kebutuhan hidup keluarganya bisa lebih baik.

Kini kehidupannya semakin sulit hingga tak mampu membayar biaya kontrakan rumah. Dia kemudian difasilitasi Jaja untuk tinggal di gubuk bata.***

Editor: Parama Ghaly

Tags

Terkini

Terpopuler