Refly Harun: Kritikan Giring Terhadap Anies Sesungguhnya Blunder, Entah untuk Mendapat Simpati Siapa

- 28 Desember 2021, 13:36 WIB
Kritikan Giring Terhadap Anies, menurut Refly Harun, sesungguhnya agak blunder.
Kritikan Giring Terhadap Anies, menurut Refly Harun, sesungguhnya agak blunder. /Tangkapan Layar YouTube.com/Refly Harun

ZONA PRIANGAN - Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan pernah menjadi Rektor Universitas Paramadina Jakarta dari 2007 hingga 2015. Hebatnya lagi, pria kelahiran Kuningan, Jawa Barat pada 7 Mei 1969 ini menjadi rektor termuda ketika itu berusia 38 tahun.

Gelar akademik yang diraih oleh cucu pahlawan nasional AR Baswedan itu diantaranya gelar PhD dari Northern Illinois University, lalu gelar S2 dari University of Maryland dan gelar S1 dari Universitas Gadjah Mada (UGM).

Sementara Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Giring Ganesha yang sering melancarkan serangan terhadap Anies Baswedan, dari sisi riwayat akademis hanya lah mahasiswa drop out dari Universitas Paramadina. Giring pernah mencalonkan diri sebagai Presiden Mahasiswa Universitas Paramadina pada 2004 tetapi gagal.

Baca Juga: Refly Harun: Mahfud MD Tidak Bisa Membuktikan Kekerasan yang Membuat FPI Harus Dibubarkan

Pada 2017, ia sempat melanjutkan kuliahnya tetapi tidak selesai. Saat ini ia tercatat sebagai mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Terbuka sejak 2020.

Melihat Giring Ganesha yang sering melancarkan strategi untuk menyerang Anies membuat ahli hukum tata negara dan pengamat politik Refly Harun angkat bicara.

Refly yang juga alumni dari Universitas Gadjah Mada menilai tidak 'apple to apple' jika membandingkan antara Anies Baswedan dengan Giring Ganesha, terutama dari sisi perbedaan usia yang relatif terpaut cukup jauh.

Baca Juga: Ikatan Cinta Selasa 28 Desember 2021: Al Luluhkan Hati Irvan, Pak Surya Rawat Keisha dan Antar Elsa ke Penjara

Lebih jauh Refly menyebutkan bahwa apa yang dilakukan Giring selama ini hanya menimbulkan blunder saja.

"Fenomena Giring Ganesha yang selalu menyerang Anies Baswedan malah justru yang terjadi adalah serangan balik kepada Giring Ganesha. Sesungguhnya agak blunder, ketika dia menyerang Anies Baswedan dengan harapan dia mendapatkan simpati entah dari siapa ya," kata Refly Harun di channel YouTube Refly Harun pada Selasa, 28 Desember 2021.

Entah Giring berharap mendapatkan simpati dari Presiden Jokowi, tapi Presiden Jokowi sendiri tidak ada urusannya dengan Anies Baswedan. Presiden Jokowi bukan pesaing dari Anies Baswedan. Presiden Jokowi tidak akan mencalonkan diri menjadi presiden di 2024.

Baca Juga: Liga Premier Inggris Ungkap Rekor Menyedihkan, Tercatat 103 Tes Positif Covid pada Periode 20 - 26 Desember

"Entah misalnya rezim Presiden Jokowi menginginkan misalnya yang berkuasa itu adalah orang yang tetap 'infer' dengan pemerintahan Presiden Jokowi sekarang, Jadi dengan 'legacy' yang diciptakan Presiden Jokowi tentu saja termasuk ya, misalnya menyukseskan pencalonan Gibran sebagai Gubernur Jawa Tengah, misalnya contoh Bobby Nasution sebagai Gubernur Sumut," katanya.

"Kemudian Kaesang Pangarep sebagai Walikota Solo misalnya, jadi kalau itu yang terjadi maka Presiden Jokowi berkepentingan terhadap presiden yang bukan dari arus antitesis dari pemerintahannya sekarang," tambahnya.

Sekarang persepsi di masyarakat Anies Baswedan adalah antitesis, yang tidak antitesis itu adalah Ganjar Pranowo karena dianggap satu arus dengan Presiden Jokowi. Kemudian yang belum terlihat, apakah antitesis atau bukan adalah Ridwan Kamil.

Baca Juga: Tips Tampil Bugar dan Seksi ala Maria Vania

Sementara Sandiaga Uno bisa antitesis juga bisa bukan, ia bisa bergabung dengan istana atau keluar istana, tergantung peluangnya karena orangnya 'less ideology'. Sedangkan Prabowo menjadi bola liar karena ayunannya tidak jelas mau kemana.

Menurut Refy, strategi politik yang dilakukan oleh Giring Ganesha yang menyinggung Anies malah tidak menimbulkan simpati dari publik.

"Tapi sekali lagi, ketika dia [Giring] katakan lah 'menyinggung Anies' secara terang-terangan seperti itu walaupun dia tidak menyebut nama, orang ternyata tidak bersimpati. Rupanya gaya politik untuk menyerang seseorang itu tidak memunculkan simpati," ujarnya.

Baca Juga: Wanita Maryland Marah setelah Salah Menekan Tombol Mesin Lotre tapi Malah Dapat Keberuntungan Rp711 Juta

"Terlebih penampilan politik PSI yang sebenarnya menjadi partai yang tidak soliter, partai yang sendirian sesungguhnya. Jadi yang namanya PSI itu 'sepertinya memusuhi semua partai politik', tidak terkecuali partai pemerintah seperti PDIP, pernah dia membuat Gabut Award terhadap DPR. Yang tidak dikritiknya adalah presiden, padahal presiden tidak mungkin dia bisa kuat tanpa topangan partai pendukungnya," ungkapnya.

Refly berpendapat strategi yang dilakukan PSI ini sukar ditebak dengan sebuah ukuran atau rasionalitas tertentu karena di satu sisi dia menyerang sosok Anies Baswedan, tapi dia pun menyerang DPR sekarang ini. Jadi seperti partai yang intinya adalah semua disentuh kecuali Presiden Jokowi.

Dan ketika Giring masuk dengan pengalaman yang minim, orang kemudian menduga, Giring hanya pansos saja dengan Anies Baswedan karena 'unfortunately' posisi politik PSI itu agak ganjil bagi partai anak muda yang belum berkuasa atau belum lolos Parliamentary threshold (PT) karena menjadi 'strong supporter' dari kekuasaan.

Baca Juga: Fenomena Giring Ganesha, Refly Harun: Sepertinya PSI 'Memusuhi' Semua Partai Politik Tidak Terkecuali PDIP

Mengingat PSI menjadi 'strong supporter' dari kekuasaan tapi dia diminta untuk bersikap kritis terhadap fenomena yang ada, maka sasarannya diturunkan ke orang lain yaitu Gubernur DKI Anies Baswedan dan kalau dia itu di tingkat pusat, maka sasarannya adalah lembaga legislatif seperti DPR, di mana dia belum terlibat di dalamnya.

Sementara lembaga eksekutif yang seharusnya menjadi sasaran utama untuk dikritik, itu tidak pernah disentuh karena mereka telah menyatakan sebagai pendukung utama, bahkan lebih PDIP dari PDIP terhadap Presiden Jokowi. Jadi, sebetulnya agak kurang menguntungkan bagi partai baru yang sedang mencari identitas ketika mereka justru mengidentifikasikan pada kekuasaan.

Jika sudah mengidentifikasikan diri pada penguasa atau mem'backup' kekuasaan maka biasanya salah dan benar tetap dibela, tetap di'back-up'. Kesalah-kesalahan pemerintahan Presiden Jokowi tidak akan di'blow-up' oleh PSI, tapi sebaliknya kesalahan Anies atau DPR akan di'blow-up' oleh mereka.***

Editor: Didih Hudaya ZP

Sumber: YouTube Refly Harun


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x