Bahaya BPA dalam Air Galon Itu Hoaks, Pengamat: BPOM Harus Fokus Dampak Kesehatan Jangka Pendek

- 26 April 2022, 23:50 WIB
Pekerja memindahkan galon di salah satu depo pengisian air minum dalam kemasan di daerah Daan Mogot, Jakarta, beberapa waktu lalu. Bahaya BPA dalam air galon itu hoaks, Pengamat: BPOM harus fokus dampak kesehatan jangka pendek.
Pekerja memindahkan galon di salah satu depo pengisian air minum dalam kemasan di daerah Daan Mogot, Jakarta, beberapa waktu lalu. Bahaya BPA dalam air galon itu hoaks, Pengamat: BPOM harus fokus dampak kesehatan jangka pendek. /ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga/

ZONA PRIANGAN - Banyak pihak yang mempertanyakan sikap BPOM yang terbawa arus desakan beberapa pihak yang diduga melakukan kampanye negatif terhadap produk air galon guna ulang kemasan polikarbonat.

Karena BPOM dianggap tergiring dan tidak jeli dalam melihat motif kampanye negatif yang kental nuansa persaingan bisnis ini.

Sikap yang tegas telah disampaikan oleh Lembaga Negara KPPU, Kemenperin dan Menko Perekonomian untuk mendorong persaingan sehat dan menghindari kegaduhan ekonomi dan sosial dalam pembuatan kebijakan.

Baca Juga: Indonesia Financial Watch Dorong BPOM Tetap Netral, Lihat Motif Bisnis Dibalik Polemik BPA

Karena berpotensi menimbulkan kondisi asimetris (tidak imbang) dalam persaingan usaha, KPPU dalam hal ini bahkan meminta dilibatkan dalam mengkaji kebijakan BPOM tersebut.

Persaingan antar produk yang sama (yaitu AMDK) baru kali ini dijegal dengan memfokuskan pada kemasan produk dan bukan produknya sendiri.

BPOM seperti tidak sensitif terhadap motif ini, padahal yang dikonsumsi masyarakat adalah produknya dan bukan kemasannya.

Baca Juga: Pelabelan BPA Free di Kemasan Galon Guna Ulang Masih Silang Pendapat di YLKI, Ini Penjelasannya

Pengamat Kebijakan Publik Agus Pambagio, mengatakan bahwa BPOM melakukan diskriminasi dalam menerima masukan publik ini dan cenderung mendengarkan pihak pihak yang diduga akan mendapatkan keuntungan atas revisi Peraturan BPOM Tentang Label Pangan Tahun tahun 2018.

"Akhir-akhir ini, sulit bagi kami untuk meminta bertemu dan memberi masukan ke BPOM," kata Agus Pambagio, padahal sebelumnya mudah untuk menemui BPOM sebelum kasus ini menyeruak.

Asosiasi Industri Air Kemasan (Aspadin) juga sulit bertemu BPOM, dan ketika diundang bertemu pun hanya diberi waktu beberapa menit untuk bicara, ungkap pengurus inti Aspadin.

Baca Juga: Cermat Sikapi Isu BPA, Pendiri AJI: Wartawan Harus Bisa Pilah dan Pilih Narasumber yang Miliki Kapabilitas

Padahal Aspadin yang beranggotakan 900 perusahaan adalah pihak yang paling akan terkena dampak dari kebijakan BPOM ini.

"Sebagai lembaga negara, sudah selayaknya BPOM menghindari kebijakan yang bernuansa egoisme sektoral keamanan pangan tanpa melihat spin off effect nya terhadap sektor ekonomi dan dampak sosial secara luas," kata Agus.

Terlebih, lanjut Agus, krisis Ukraina dan Rusia yang telah membawa kenaikan harga pangan dan energi dunia juga akan dan telah menimbulkan dampak sosial ekonomi di Indonesia.

Baca Juga: BPOM Dinilai Tak Netral Buat Kebijakan, Pakar: Pelabelan BPA Free Khusus Galon Guna Ulang Resahkan Masyarakat

"Apakah isu BPA yang penelitiannya juga masih berjalan ini lebih urgent dibandingkan potensi goncangan sosial ekonomi di masyarakat?” tanyanya.

Sudah selayaknya BPOM lebih fokus dan memperhitungkan dampak kesehatan jangka pendek akibat kelangkaan produk air minum kemasan ekonomis di pasar - jika semua produsen dipaksa untuk mengganti kemasan ke PET - yang akan berpotensi meningkatkan penyakit diare dan dehidrasi, dibanding memenuhi desakan pihak untuk melabeli potensi bahaya BPA yang masih diduga merupakan resiko kesehatan jangka panjang.

Menteri kesehatan pun sudah menegaskan di media kalau air kemasan galon guna ulang itu aman dan bahaya BPA dalam air galon itu adalah hoaks.

Baca Juga: Terkait Rencana Pelabelan BPA Free Galon Guna Ulang, Kemenko Perekonomian Minta BPOM Kaji Ulang

Sementara itu, pengamat media Satrio Arismunandar mengungkapkan beberapa kejanggalan dari dorongan kampanye negatif terhadap galon guna ulang.

Pada tahun 2021 bulan Juni dan Desember, situs resmi BPOM memuat pernyataan tegas tentang keamanan dan Indonesia Anti Hoax Education Volunteers (REDAXI) melihat ketidakseriusan BPOM dalam menyikapi isu Bisfenol A (BPA) yang saat ini sudah menjadi twitwar atau perang opini di Twitter.

Astari Yanuarti, Co-founder REDAXI melihat twitwar isu BPA ini terjadi karena sikap BPOM yang tidak begitu serius dalam menyikapinya.

Baca Juga: BPOM Tegaskan Paparan BPA AMDK Galon Aman untuk Bayi dan Ibu Hamil, Belum Ada Bukti Plastik Sebabkan kanker
 
"Sikap BPOM mendua. Di satu sisi menyatakan bahwa galon air minum yang mengandung BPA terbukti aman karena airnya tidak terkontaminasi BPA. Tapi di sisi lain merancang pelabelan BPA di galon air minum. Ini yang menyebabkan terjadinya twitwar berulang soal isu BPA, terutama jika topiknya memang sengaja diciptakan, seperti topik galon BPA ini. Kubu-kubu yang terlibat biasanya sama saja," ujarnya.
 
Karenanya, kata Astari, hoaks terkait BPA ini akan selalu ada di media sosial. Menurutnya, keberadaan lembaga-lembaga cek fakta memang membantu publik untuk mengetahui apakah informasi yang mereka terima itu benar atau salah.

“Namun, itu tidak akan bisa menghentikan peredarannya, sebab jumlah penyebaran hoaks jauh lebih tinggi daripada klarifikasinya,” tuturnya.  
 
Dia juga memprediksi perang tagar soal BPA pada galon air minum masih akan berulang terus termasuk hoaks-hoaksnya selama BPOM masih bersikap mendua mengenai BPA ini.***

Editor: Yurri Erfansyah


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x