ZONA PRIANGAN - Harga minyak naik pada hari Senin dalam perdagangan yang tidak stabil setelah jatuh ke level terendah dalam 15 bulan terakhir karena pasar khawatir bahwa risiko-risiko di sektor perbankan global dapat memicu resesi yang akan menekan permintaan bahan bakar.
Minyak mentah berjangka Brent untuk bulan Mei naik tipis 3 sen menjadi $73,00 (sekkitar Rp1,1 juta) per barel pada pukul 13.20 WIB (1720 GMT).
Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS untuk bulan April turun 4 sen menjadi $66,70 (sekitar Rp1 juta) menjelang berakhirnya kontrak. Kontrak berjangka untuk bulan Mei yang lebih aktif diperdagangkan naik 6 sen pada $66,99 (sekitar Rp1 juta) per barel.
Baca Juga: Lengkapi Perawatan Nafas Segar Saat Ramadhan di Big Promo Ramadhan Diskon hingga 90% di Blibli
Harga minyak rebound karena Wall Street membukukan kenaikan. Sebelumnya, Brent dan WTI turun sekitar $3 per barel ke level terendah sejak Desember 2021, dengan WTI sempat turun di bawah $65 (sekitar Rp997 ribu) per barel. Pekan lalu, kedua acuan tersebut merosot lebih dari 10% karena krisis perbankan semakin dalam.
Penurunan awal minyak terjadi meskipun ada kesepakatan bersejarah di mana UBS, bank terbesar di Swiss, setuju untuk membeli Credit Suisse dalam upaya untuk menyelamatkan bank terbesar kedua di negara itu.
Setelah kesepakatan tersebut diumumkan, Federal Reserve AS, Bank Sentral Eropa, dan bank-bank sentral utama lainnya berjanji untuk meningkatkan likuiditas pasar dan mendukung bank-bank lain.
Baca Juga: Ramadan 2023 Sudah Dekat, Riset Snapcart Ungkap E-Commerce yang Jadi No.1 Pilihan Pengguna
"Ada banyak pergerakan berbasis ketakutan (pada harga minyak)," kata analis Price Futures Group, Phil Flynn, dikutip ZonaPriangan.com dari Reuters.