Kekhawatiran Perbankan Membuat Harga Minyak Mencapai Level Terendah Sejak 2021 dan Sekarang Rebound

21 Maret 2023, 01:23 WIB
Pemandangan udara menunjukkan pabrik minyak Idemitsu Kosan Co. di Ichihara, sebelah timur Tokyo, Jepang pada tanggal 12 November 2021, dalam foto yang diambil oleh Kyodo. Foto diambil pada 12 November 2021. /Mandatory credit Kyodo/via REUTERS

ZONA PRIANGAN - Harga minyak naik pada hari Senin dalam perdagangan yang tidak stabil setelah jatuh ke level terendah dalam 15 bulan terakhir karena pasar khawatir bahwa risiko-risiko di sektor perbankan global dapat memicu resesi yang akan menekan permintaan bahan bakar.

Minyak mentah berjangka Brent untuk bulan Mei naik tipis 3 sen menjadi $73,00 (sekkitar Rp1,1 juta) per barel pada pukul 13.20 WIB (1720 GMT).

Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS untuk bulan April turun 4 sen menjadi $66,70 (sekitar Rp1 juta) menjelang berakhirnya kontrak. Kontrak berjangka untuk bulan Mei yang lebih aktif diperdagangkan naik 6 sen pada $66,99 (sekitar Rp1 juta) per barel.

Baca Juga: Lengkapi Perawatan Nafas Segar Saat Ramadhan di Big Promo Ramadhan Diskon hingga 90% di Blibli

Harga minyak rebound karena Wall Street membukukan kenaikan. Sebelumnya, Brent dan WTI turun sekitar $3 per barel ke level terendah sejak Desember 2021, dengan WTI sempat turun di bawah $65 (sekitar Rp997 ribu) per barel. Pekan lalu, kedua acuan tersebut merosot lebih dari 10% karena krisis perbankan semakin dalam.

Penurunan awal minyak terjadi meskipun ada kesepakatan bersejarah di mana UBS, bank terbesar di Swiss, setuju untuk membeli Credit Suisse dalam upaya untuk menyelamatkan bank terbesar kedua di negara itu.

Setelah kesepakatan tersebut diumumkan, Federal Reserve AS, Bank Sentral Eropa, dan bank-bank sentral utama lainnya berjanji untuk meningkatkan likuiditas pasar dan mendukung bank-bank lain.

Baca Juga: Ramadan 2023 Sudah Dekat, Riset Snapcart Ungkap E-Commerce yang Jadi No.1 Pilihan Pengguna

"Ada banyak pergerakan berbasis ketakutan (pada harga minyak)," kata analis Price Futures Group, Phil Flynn, dikutip ZonaPriangan.com dari Reuters.

"Kami tidak bergerak sama sekali pada fundamental penawaran dan permintaan, kami hanya bergerak pada kekhawatiran perbankan," tambahnya.

S&P 500 dan Dow Jones menguat, membantu mengangkat harga minyak dari posisi terendah sesi di tengah spekulasi bahwa the Fed mungkin akan berhenti sejenak pada kenaikan suku bunga pada hari Rabu untuk memastikan masalah sektor perbankan tidak menjadi bola salju.

Baca Juga: Angka Kemiskinan Kabupaten Majalengka Terus Mengalami Penurunan dan Pertumbuhan Ekonominya Tertinggi di Jabar

Sementara para trader dan ekonom masih terpecah mengenai apakah the Fed akan menaikkan suku bunga acuannya.

Beberapa eksekutif meminta bank sentral untuk menghentikan sementara pengetatan kebijakan moneternya namun siap untuk kembali menaikkan suku bunga di kemudian hari.

"Volatilitas kemungkinan akan terus berlanjut minggu ini, dengan kekhawatiran pasar keuangan yang lebih luas kemungkinan akan tetap menjadi yang terdepan," analis ING Bank mengatakan dalam sebuah catatan, menambahkan bahwa keputusan The Fed yang membayangi menambah ketidakpastian di pasar.

Baca Juga: Intip Cara Mudah Tarik Tunai di ATM Tapi Lupa Bawa Kartu, Bagaimana Caranya?

Lebih jauh lagi, komite tingkat menteri OPEC dan sekutu-sekutu produsen termasuk Rusia, yang dikenal sebagai OPEC+, akan mengadakan pertemuan pada tanggal 3 April mendatang.

Kelompok ini sepakat pada bulan Oktober untuk memangkas target produksi minyak sebesar 2 juta barel per hari hingga akhir 2023.***

Editor: Toni Irawan

Sumber: Reuters

Tags

Terkini

Terpopuler